" Mesti jujur, siapa saja yang memimpin negara ini, siapa saja jaksa agung-nya, Komnas HAM-nya, susah meneruskan sistem hukum ke peradilan, " kata Prasetyo di Gedung Pancasila, Jumat (1/6).
Pernyataan di sampaikan menanggapi pertemuan Presiden Joko Widodo dengan beberapa puluh anggota keluarga korban pelanggaran HAM berat waktu dulu di Istana Merdeka tempo hari.
Satu diantara tuntutan pihak keluarga yang sisi dari grup Tindakan Kamisan yaitu memberikan instruksi Prasetyo sebagai Jaksa Agung menindaklanjuti penyelidikan Komnas HAM.
Prasetyo menyebutkan hal tersebut susah dikerjakan bukanlah karna pemerintah tidak serius mengatasi perkara HAM Situs Judi Online.
" Saksikan kenyataan yang ada. Susah mencari buktinya, saksinya juga siapa sekali lagi? Telah demikian lama. Aktornya siapa? Korban dimana? Bukti beda seperti apa? " ucap Politikus Partai NasDem ini.
Ia mengaku jajarannya sering kembalikan hasil penyelidikan Komnas HAM. Kurangnya bukti jadi basic hal tersebut serta pengembalian berkas juga telah dikerjakan berkali-kali dari sebelumnya ia menjabat.
Beberapa perkara dimaksud telah sempat bolak-balik dikembalikan sampai 10 kali mulai sejak 2007 sebab sesudah di teliti, hasil penyelidikan Komnas HAM cuma berbentuk anggapan serta opini.
" Ini yang perlu dipahami. Bukannya tidak ingin merampungkan tapi persoalannya yuridis itu. Sistem penegakan hukum mesti senantiasa jalan diatas bukti, bukanlah anggapan atau opini, " Prasetyo menyatakan Taruhan Judi Online.
Oleh karenanya, ia menyanggah mandeknya penyelesaian perkara HAM berat waktu dulu karna pemerintah berupaya memberi impunitas pada terduga aktor yang ada di lingkaran pemerintah.
Prasetyo memiliki pendapat satu diantara langkah menyelesaikan perkara ini lewat rekonsiliasi atau nonyudisial. Ia menyatakan perkara HAM waktu dulu tidak mempunyai kedaluarsa hingga selalu jalan bila tidak dikerjakan.
" Bila tidak usai ini juga akan jadi warisan selalu serta bangsa kita juga akan tersandera oleh, istilahnya dosa waktu dulu, " ucapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar