Minggu, 04 Maret 2018

Cerita Sex Perselingkuhan Yang Panas

Disuatu pagi saya terima sepucuk surat. Nyatanya surat itu dari sahabatku Nasem yang tinggal di Manado. Berisi dia mengundangku datang kesana untuk berkangen-kangenan. Maklum sudah beberapa puluh th. kami terpisah jauh. Nasem di Minahasa, Sulawesi Utara serta saya tetaplah di Malang, Jawa Timur.

Dalam suratnya, Nasem bercerita juga mengenai kondisi Hamid (samaran, teman dekat kami juga) di Tewah. Tuturnya, ia juga kangen padaku.

Yah, sebenarnya saya juga kangen pada mereka. Kami yaitu tiga teman dekat karib, yang dahulu tidak terpisahkan. Lahir di kampung yang sama, th. yang sama juga. Tidak heran orang kampung menjuluki “Three Brothers”. Hanya bedanya, Nasem serta Hamid berhasil di karirnya. Saat ini Nasem jadi Kepala Cabang Dealer Mobil/Motor di Minahasa serta Hamid jadi pedagang antar pulau serta tinggal di Tewah. Tengah saya tidak. Tidak banyak yang dapat dikerjakan anak petani jenis saya ini.

Sayangnya, sesudah 10 th. menikah dengan gadis Minahasa, Nasem belum dikaruniai anak. Lain denganku yang perlu pontang-panting menghidupi isteri serta ke-4 anakku. Bila saja Nasem tidak menolong, mungkin saja saya telah tidak mampu. Tersebut yang membuatku terharu. Walau telah makmur serta terpisah oleh lautan, mereka masih tetap memerhatikanku.

Kembali pada surat Nasem. Ada satu hal perlu yang dikatakannya, yakni minta bantuanku. Tanpa ada menerangkan apa yang dimaksudkannya. Saya juga bingung, apa yang dapat kuperbuat untuk menolong orang sekaya Nasem?

Dengan uang yang dikirimkannya, saya juga pergi penuhi undangannya. Istriku mesti tinggal, untuk melindungi tempat tinggal serta anak-anak yang perlu sekolah. Padanya saya pamit untuk saat barang satu dua minggu.

Lantas, sesudah 5 hari 5 malam berlayar, saya juga tiba di tujuan. Di situ saya telah dijemput oleh Nasem serta istrinya. Demikian kapal bertumpu, mataku menangkap sepasang tuan serta nyonya melambai-lambaikan tangan. “Nduuuttt.., Genduuuttt..!! ” Teriak mereka. Nasem tetap masih menyebut dengan julukanku serta bukanlah namaku. Dahulu semasa kecil, saya memanglah paling gendut di banding Nasem Serta Hamid.

Demikian turun dari kapal, kami sama-sama berpelukan tanpa ada canggung. Kurasakan mereka memanglah rindu sekali padaku. Acara kangen-kangenan berlanjut hingga dirumah. Tempat tinggal Nasem besar, tengah dipugar serta serupa tempat tinggal petinggi. Apakah karna hal semacam ini ia menyebutku kesini? Entahlah. Praktis sepanjang hari kami tidak menyinggung masalah kedatanganku, karna keasyikan sama-sama bercerita sepanjang kami berpisah.

Jadi saat malam ke-2 tersebut, setelah makan malam, Nasem dengan istrinya Sari menyebutku ke ruangan tamu. Awalilah mereka membahas masalah “bantuan” itu.
“Kira-kira apa yang dapat kubantu, apakah kerjakan rumahmu ini? ” tanyaku.
Kulirik, Nasem menggelengkan kepala.
“Begini Ndut, anda kan tahu kami telah 10 th. menikah, tapi belum di beri momongan. Problemnya, menurut dokter, saya ini memanglah mandul. Jadi kami setuju untuk minta tolong anda. Itu penyebabnya kami mengundangmu datang kemari, ” papar Nasem, panjang-lebar. Tapi saya masih tetap bingung dengan ucapannya itu, sampai kuminta ia menerangkan sekali lagi.
“Jelasnya, kami menginginkan sekali miliki anak walaupun seseorang. Tapi kutahu tentu dari dokter kalau saya tidak dapat membuahi istriku karna saya mandul. Jadi kuminta bantuanmu untuk menukar diriku supaya kami dapat miliki anak, ” katanya sekali lagi dengan terang.
“Hah.. apa? Saya mesti menukar dirimu supaya dapat memberi anak padamu, ” tanyaku, penasaran.

“Yah.. demikianlah maksudku, ” jawabnya, buat saya semakin tidak tahu.
“Lalu lewat cara bagaimana saya menggantikanmu? Anda kan tahu kalau saya ini bukanlah Deddy Coubuzier’ atau dukun. Apakah saya dapat melakukan permintaanmu itu Sem? ” ucapku.
“Ah anda ini memanglah tidak tahu atau pura-pura tidak tahu. Begini, anda ini memanglah bukan seseorang dukun serta permintaanku ini tak ada hubungannya dengan perdukunan. Yang kuminta yaitu, kesediaanmu menukar diriku jadi suami dari istriku, untuk membuahi rahim istriku supaya kami dapat miliki anak. Telah? Terang tidak? ” ucap Nasem merinci, serta terlihat agak jengkel juga lihat kebodohanku.
“Oh demikian maksudmu. Tapi apakah benar ucapanmu itu? Serta apakah Sari menyepakatinya? ” tanyaku memberikan keyakinan, seraya berikan pertimbangan supaya Nasem mengambil anak saja.
Menurut mereka, awal mulanya memanglah punya niat untuk mengambil anak.
“Tapi sebaik-baiknya mengambil anak, masih tetap tambah baik miliki anak dari rahim istriku sendiri. Serta ini bila dapat.. ya kan sayang? ” ucap Nasem.
“Ya Mas Ndut, kami telah berunding terlebih dulu. Serta untuk hasrat kami, saya ikhlas menyerahkan badanku untuk dibuahi Mas Ndut.. ” ucap Sari perlahan.

Saat ini saya memahami maksud mereka. Tapi saya tidak selekasnya menjawab, mendadak terpampang buah simalakama di mataku. Apabila kuterima, ah.. itu bermakna saya mesti tidak mematuhi pagar ayu. Terlebih ini istri teman dekat sendiri. Apabila kutolak, Nasem tentu kecewa. Itu yang pertama. Yang ke-2, saya terlanjur datang jauh-jauh dari Jawa. Serta ke-3 mengingat budi serta jasanya yang kuterima sampai kini, kapan sekali lagi saya dapat membalasnya.

Tapi Nasem selalu menekanku.
“Yah.. bagaimana ini ya. Sem, kuterima atau tidak permintaanmu ini? ” kataku.
“Sudahlah Ndut, kuharap anda bersedia membantuku. Tidak usah kuatir, kami juga tidak ada perasaan apa-apa atas bantuanmu, ” ucap Nasem memberikan keyakinan.
Saya juga tanpa ada sadar berucap, “Yah baiklah. Tapi bagaimana kelak bila tidak berhasil? ” tanyaku.
“Seandainya tidak berhasil, itu bukanlah kekeliruanmu. Kelak kami juga akan selalu berdoa mudah-mudahan hasrat kami ini dipenuhi, ” ucap Nasem dengan arif.

Setelah itu dengan perjanjian serta restu dengan, saya disuruh untuk mulai malam itu juga. Demikian mendengar kesediaanku mereka permisi akan menyiapkan kamar tengah. Nasem sendiri kelihatannya geser ke kamar depan. Bantal serta peralatan tidur yang lain dibawanya ke depan.

Pas jam 22 : 00 WITA, saya dipersilakan Sari masuk ke kamar tengah yang telah bersih, indah serta harum. Merasa berat kakiku mengambil langkah, sampai Nasem serta Sari menuntunku masuk. Habis itu, Nasem juga keluar, meninggalkan saya serta Sari berdua di kamar.

“Sari, apakah anda percaya saya akan dapat berikan anak nanti..? ” tanyaku.
“Mas Ndut, dengan pribadi saya percaya anda akan dapat berikan anak untukku nanti. ” ucapnya manja.
“Aku tidak tega badanku yang kotor ini nanti juga akan mengobok-obok badanmu yang mulus itu. ”
“Mas Ndut, saya kan telah katakan ini untuk hasrat kami berdua. Jadi badanku yang mulus ini kuserahkan kepadamu Mas. Mari dekatlah kemari Mas Ndut. Tidak usah malu-malu, saya siap bertempur Mas.. ” ucapnya sekali lagi sembari menarik tanganku ke pembaringan.

Sayup-sayup kudengar pintu jendela depan ditutup serta dikunci.
“Lho siapa yang tutup pintu serta jendela diluar sana itu Sar? ” tanyaku, sambil duduk di bibir ranjang.
“Oh itu tentu Mas Nasem sendiri kok Mas Ndut, ” jawabnya, seraya menerangkan kalau 2 pembantunya sangat terpaksa dipulangkan supaya gagasan ini jalan mulus.
“Oh demikian! ” ucapku.
“Mas Ndut saya telah tidak tahan nich? ” ucapnya sembari buka semua baju yang menempel di badannya yang mulus itu. Badannya yang mulus dengan susunya yang demikian montok serta vaginanya yang menantang. Panas dingin saya memandangnya. Lutut ini gemetar serta badanku meriang bak terkena setrum listrik 1000 watt. Saya yang umum lihat istriku bugil, saat ini jadi beda.

Dirumah saya umum tidur dengan beralaskan tikar. Saat ini saya bertemu dengan ranjang mewah beraroma wangi, plus badan mulus tergolek di atasnya. Tapi tubuhku selalu menggigil seperti terjangkit malaria berat. Eh, Sari mendadak bangun menghampiriku serta melepas semua bajuku yang mulai sejak barusan belum juga kubuka. Saya hanya terbengong-bengong saja. Lalu…
“Sekarang.. cobalah Mas Ndut berbaring.. ” ucapnya sembari mendorong badan telanjangku. Saya menurut saja. Penisku selekasnya menegang saat rasakan tangan lembut Sari mulai beraksi.
“Wah.. wahh.. besar sekali penismu, Mas Ndut. ” tangan Sari selekasnya mengusap-usap penis yang sudah mengeras itu. Selekasnya saja penisku yang telah berdenyut-denyut itu masuk ke mulut Sari. Ia selekasnya menjilati penisku itu dengan penuh semangat. Kepala penisku dihisapnya keras-keras, sampai membuatku merintih keenakan.

“Ahhh… ahhh… ohhh.. ” saya tanpa ada sadar merintih rasakan nikmat sebentar. Mengerti keringatku yang mengucur dengan deras hingga menyebabkan bau tubuhku yang kurang sedap, cepat-cepat saya mendorong kepala Sari yang masih tetap mengulum penisku itu untuk pamit ingin mandi dahulu. Lantas, kuguyur tubuhku dengan semua jenis sabun serta minyak wangi yang berada di situ kugosokkan supaya tubuhku harum. Tiga kran yang berada di situ kubuka semuanya serta kurasakan mana yang berbau sedap, kupakai untuk beri kesegaran tubuh. Tidakkah sebentar sekali lagi saya harus melayani sang putri bak bidadari?! Mungkin saja telah sangat lama saya di kamar mandi, terdengar Sari mengetuknya. Demikian pintu kubuka, ah. Sari berdiri dengan badan montoknya. Ohhh.. Kalau yang pamer aurat di depanku itu istriku saya tidak juga akan menunggu lama-lama tentu segera kudekap dia. Tapi dia yaitu istri sahabatku. ”Malaria”-ku yang pernah pulih saat mandi barusan, saat ini kumat sekali lagi. Cepat-cepat saya masuk sekali lagi serta menguncinya. Didalam kamar mandi saya bimbang bagaimana baiknya, kulaksanakan atau kubatalkan saja? 

Pada akhirnya malam itu sangat terpaksa tidak berhasil. Sampai jam lima pagi saya masih tetap tidak berani mengerjakannya. Lihat Sari bak bidadari turun dari kahyangan, memanglah membuatku tergiur. Tapi saat bertemu dengannya nyaliku jadi ciut.

Esoknya rupanya Sari melapor pada suaminya. Serta saya ditegur Nasem.
“Ndut, mengapa tidak anda kerjakan? Tidakkah telah kami katakan. ” ucapnya.
Saya hanya diam saja. Supaya tidak kecewa sekali lagi, malam hari ini tekadku juga akan kulipatgandakan untuk mengerjakannya.

Jam 22. 00 WITA, Nasem meninggalkan kami berdua di ruangan tamu. Sejurus lalu, “Ayo Mas Ndut kita tidur yuk, ” ucap Sari manja sambil mencapai tanganku serta ditariknya ke kamar. Sesudah mengunci pintu kamar, dia menyuruhku duduk di pinggir ranjang serta jari-jarinya yang lentik mulai memijat pundakku. Aneh, sesudah dipijat saya jadi lebih santai. Dia sorongkan berwajah dekat sekali dengan wajahku serta mendadak bibir kami telah merapat serta sama-sama mengisap. Lama juga kami berciuman dan sama-sama memilin lidah sesaat tangan kami sama-sama membelai serta menyeka.

Kami masih tetap duduk bertemu. Lantas Sarilah yang mulai buka semuanya bajuku. Dia kecup leherku turun ke bawah ke dada serta ke puting dadaku. Hingga di sini, dia menjulurkan lidahnya serta putingku dijilat-jilat. penisku segera menegang, begitu keras serta makin keras karna diremas-remas olehnya.

Secara singkat, kami juga telah bertelanjang bulat serta saya juga selekasnya menindih tubuhnya yang kenyal serta padat. Karna ada sisa kegugupan, jadi saya segera cobalah memasukkan penisku kedalam vaginanya.

“Tunggu, bebrapa perlahan saja Mas Ndut, ” bisiknya sembari mengelus kepala kemaluanku dimuka lubangnya. Pelan-pelan sekali. Lantas tugasnya kuambil alih serta kulanjutkan menyentuh serta menggosokannya kepala penisku itu. Perlahan serta perlahan sekali. Merasa olehku lubangnya makin basah serta licin. Mendadak Sleppp.. ” masuklah penisku kedalam sangkarnya.

Saya mulai menggenjot perlahan. Naik turun, naik turun. Disamping itu bibir kami berdua tetaplah bertaut. Sama-sama kecup, sama-sama hisap. Tangan Sari mengusap-usap punggungku kadang-kadang turun ke bawah ke pantat serta jarinya mempermainkan lubang pantatku, geli campur enak. Tanganku repot mengelus kepalanya serta rambutnya. Semuanya kami kerjakan dengan perlahan serta lembut.

Tiap-tiap saya nyaris hingga ke puncak, Sari senantiasa memelukku erat-erat hingga saya tidak dapat bergerak. Persisnya, kami berdua diam tidak bergerak sembari sama-sama peluk serta penisku tertanam dalam di kemaluannya. Sesudah agak reda kembali saya memompa naik turun.

Tak lama kemudian, Sari ubah diatas. Rupanya dia sangat senang pada tempat ini. Ubah saat ini dia yang memeluk serta menciumiku sesaat pantatnya bergoyang serta berputar-putar dengan penisku tertancap didalam kemaluannya. Makin lama makin semangat. Hingga pada akhirnya ia juga mengejang serta mulutnya berdesis-desis serta kepalanya bergoyang-goyang liar ke kiri serta ke kanan, kupeluk dia serta kutekan pantatnya hingga sampailah ia pada puncak kepuasannya. Lemaslah badan Sari serta dia menciumi semua wajahku sembari mengatakan, “Terima kasih ya Mas? Mas sudah lakukan pekerjaan dengan baik.. saya benar-benar tidak menganggap Mas dapat membuatku melayang-layang hingga ke langit yang ke-tujuh.. (ucapnya sembari mengecup bibirku, selalu tangannya memegang penisku yang menurutnya jauh semakin besar serta panjang dari miliki Nasem) ”.

Usai tugasku jadi saya juga membalikkan tubuhnya serta ubah saya diatas. Kuangkat ke-2 kakinya serta kubelitkan di ke-2 pahaku lantas kumasukkan penisku serta kukocok beberapa perlahan-lahan untuk semakin lama semakin cepat serta pada akhirnya menyemburlah air maniku kedalam lubang vagina Sari. Sari memeluk badanku erat-erat serta kami juga berciuman lama. Pernah sekitaran sepuluh menit kami diam tidak bergerak dalam tempat saya diatas tubuhnya serta badan kami tetaplah jadi satu bersambung dari bawah.

Tidak merasa pekerjaan yang kulaksanakan ini telah memijak malam ke dua belas.
“Mas Ndut, sesungguhnya menurut perhitungan saya, haid saya telah lewat 7 hari waktu lalu, ” kata Sari disuatu malam sesudah kami kelelahan. Tapi Nasem masih tetap belum juga percaya istrinya hamil. Saya disuruhnya bersabar barang sepuluh hari atau dua minggu sekali lagi. Berbarengan dengan itu, ia kirim uang berbelanja untuk istriku serta anak-anakku.

Sampai disuatu hari, terhitung nyaris satu bulan saya disana. Nasem membawa istrinya ke dokter pakar kandungan. Tidak berapakah lama mereka juga pulang dengan muka yang cerah. Sukses!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DompetQQ Poker Online Terpercaya

DompetQQ adalah salah satu situs permainan judi online yang mulai berdiri pada tahun 2017, di salah satu negara di benua Asia. Perkembangan...